Niat Puasa Ramadhan

Haruskan Niat Puasa Ramadhan Dilafazkan?

Sebentar lagi, kita akan memasuki bulan yang suci, yakni bulan Ramadhan. Berbagai amalan-amalan ibadah akan menghiasi bulan yang suci ini. Masih banyak yang bingung mengenai niat puasa Ramadhan, haruskah dilafazkan?

Sebelum membahas mengenai niat puasa Ramadhan, ada baiknya untuk mengetahui maksud dari niat itu sendiri. Niat berdasarkan artian bahasa ialah al-qashad (tujuan). Sedangkan, niat berdasarkan syariat memiliki arti ingin melakukan sesuatu yang diiringi dengan perbuatan.

Sementara itu, Imam Nawawi mengatakan bahwa ahli bahasa berkata: niat adalah maksud dan keinginan hati yang kuat.

Kesalahan Mengenai Niat Puasa Ramadhan

Di Indonesia, masih banyak yang menyebutkan bahwa membaca niat adalah dengan disuarakan. Ada pula yang menyebutkan bahwa niat hanya cukup di dalam hati saja. Tentu saja masyarakat yang awam mengenai ilmu fikih ibadah merasa kebingungan, manakah yang benar?

  1. Awal Munculnya Niat Dilafazkan

Niat yang dilafazkan ini berawal dari pernyataan Imam Syafi’i yakni, “…shalat itu tidak sah dengan an-nuthq.” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 3:277)

Sayangnya, banyak yang salah paham tentang kata “an-nuthq” yang artinya “berbicara”. Imam Nawawi menjelaskan bahwa maksud dari an-nuthq adalah mengeraskan bacaan takbiratul ihram.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Abul Hasan Al Mawardi As Syafi’i yang mengatakan, “Az-Zubairi telah salah dalam menakwil ucapan Imam Syafi’i dengan wajibnya mengucapkan niat ketika shalat. Ini adalah takwil yang salah, yang dimaksudkan adalah wajib mengatakan saat takbiratul ihram.” (Al-Hawi al-Kabir, 2:204)

  1. Niat Tidak Perlu Dilafazkan

Hal ini sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Muhammad al-Hishni, yaitu “Puasa tidaklah sah kecuali dengan niat karena ada hadits yang mengharuskan hal ini. Letak niat adalah di dalam hati dan tidak diisyaratkan dilafazkan.” (Kifayah al-Akhyar, hlm. 248)

Viral :   Buat Surat Jual Beli Motor? Inilah Hal-hal Pentingnya untuk Pemula

Imam Nawawi juga mengatakan, “Niat dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati dan tidak cukup dengan ucapan lisan, sementara hatinya tidak sadar. Dan tidak diisyaratkan dilafazkan ….” (Raudhah at-Thalibin, 1:84)

Apakah boleh jika melafazkan niat? Dari penjelasan di atas, niat hanya cukup di dalam hati saja. Namun, disunahkan apabila mengucapkan lafaz niat yang dibarengi dengan niat puasa.

Seperti yang kita ketahui bahwa apa pun bergantung pada niatnya, termasuk dengan ibadah-ibadah lainnya. Seperti halnya dalam hadits dari Abu Hafsh Umar Bin Abu Khaththab radi’allahu ‘anhu yang berkata:

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya amalan itu hanyalah tergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya” ( Muttafaq ‘alaih; HR Bukhari No. 1 dan Muslim No. 1907)

Kesimpulannya adalah, niat sesungguhnya ada di dalam hati sehingga cukup hanya dengan berniat di dalam hati tanpa harus mengucapkannya. Namun, diperbolehkan (sunah) untuk melafazkan niat dengan lisan dibarengi dengan berniat di dalam hati.

Cara Niat Puasa Ramadhan yang Benar

Tidak semua orang memahami pentingnya berniat dalam puasa Ramadhan yang notabene sebuah tradisi beribadah kepada Allah yang diwajibkan. Padahal, telah dijelaskan di atas bahwa melakukan sesuatu harus sesuai dengan niatnya.

Niat untuk berpuasa di bulan Ramadhan tidak boleh dilakukan secara serampangan. Terdapat tuntunan cara yang perlu diperhatikan atau puasa yang Anda kerjakan justru tidak sah. Anda tentu tidak ingin melakukan ibadah yang sia-sia karena belum berniat untuk berpuasa, bukan?

Berikut tata cara niat puasa Ramadhan yang benar:

  1. Diniatkan Malam Hari Sebelum Subuh
Viral :   Mudah, Begini Cara Dapat Bantuan Tunai Rp 300 Ribu/Bulan

Puasa di bulan Ramadhan hukumnya adalah wajib sehingga berniat puasa dilakukan saat malam hari sebelum Subuh. Apabila dilakukan setelah Subuh, puasa tersebut tidak sah. Hal ini berdasarkan dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:

“Siapa yang belum berniat di malam hari sebelum subuh maka tidak ada puasa untuknya.” (HR an-Nasa’i, no. 2333, Ibnu Majah no. 1700 dan Abu Daud, no. 2454 yang dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

  1. Menegaskan Niat Puasa

Jika melakukan puasa Ramadhan, pada malam harinya, seorang muslim harus menegaskan niat yang akan dilakukan. Caranya dengan menegaskan bahwa puasa keesokan harinya adalah puasa wajib, bukan sunah.

Puasa wajib memang diniatkan ketika malam hari dan sebelum Subuh, sedangkan niat puasa sunah dapat dilakukan pada malam hari ataupun selepas subuh. Hal ini seperti hadis dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“’Apakah kalian memiliki makanan?’ Jika kami menjawab tidak, beliau berkata, ‘Kalau begitu, aku puasa’.” (HR Muslim no. 1154 dan Abu Daud no. 2455)

  1. Harus Berulang Setiap Malamnya

Untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan, kita tidak boleh berniat di awal Ramadhan untuk keseluruhan puasa di bulan ini. Niat puasa Ramadhan harus diulang-ulang setiap malamnya hingga Ramadhan usai.

Dari penjelasan di atas, apakah niat puasa di bulan Ramadhan selama ini telah dilakukan dengan benar? Alangkah baiknya selalu menggali ilmu guna memperbaiki ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dengan ilmu.maka tuntunan ibadah yang dijalankan adalah benar dan sesuai syariat.

Mari kita persiapkan amalan-amalan untuk bulan Ramadhan dengan optimal, termasuk memahami ilmu tentang niat puasa Ramadhan.